Demam tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia , seperti Indonesia. Salah satu upaya dalam pencegahan kasus demam tifoid yaitu dengan vaksinasi. Vaksin-vaksin yang telah digunakan dalam mengatasi demam tifoid antara lain vaksin Ty21a dan Vi-Polisakarida, akan tetapi vaksin-vaksin tesebut memiliki kelemahan antara lain timbul efek samping seperti mual, demam dan sakit kepala. Saat ini masih terus dikembangkan vaksin rekombinan yang jauh lebih aman dan pada umumnya tidak menimbulkan efek samping. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh konsentrasi inducer IPTG (Isopropyl-β-D-thiogalactopyranoside) dan waktu overekspresi pada produksi protein rekombinan Fim-C Salmonella typhi dalam skala laboratorium sebelum diproduksi pada skala yang lebih besar. Proses overekspresi dilakukan dengan penginduksian dengan variasi konsentrasi IPTG yaitu 0.4 mM, 0.5 mM, dan 0.6 mM serta dengan waktu overekspresi yang bervariasi yaitu 4 jam, 5 jam, dan 6 jam pada 50 mL media LB cair untuk mencari kondisi yang optimal. Setelah mendapatkan konsentrasi IPTG dan waktu overekspresi yang optimal dilakukan proses overekspresi pada 100 mL media LB cair. Pengukuran konsentrasi protein rekombinan Fim-C Salmonella typhi dilakukan dengan menggunakan metode BCA (Bicinchoninic Acid). Karakterisasi protein rekombinan Fim-C dilakukan dengan menggunakan metode SDS-PAGE. Hasil karakterisasi SDS-PAGE menunjukkan pita overekspresi protein rekombinan Fim-C Salmonella typhi pada ukuran ± 31 kDa. Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi IPTG 0.5 mM dan waktu overekspresi 4 jam merupakan kondisi optimum pada produksi protein rekombinan Fim-C Salmonella typhi.