• dekanfmipa@unj.ac.id
  • (021) 4894909
Follow Us:

Kolaborasi UNJ, BPOM, dan Dewan Jamu: Semnas 2025 Tegaskan Jamu Berbasis Sains serta Kukuhkan Prof. Dr. Dalia Sukmawati, M.Si. sebagai Ketua DJI DKI

Jakarta – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta (FMIPA UNJ) sukses menyelenggarakan Seminar Nasional (Semnas) Jamu 2025 dengan tema “Ketahanan dan Kebangkitan Nasional: Spiritualitas, Budaya, Kesehatan, dan Industri Sosial-Kerakyatan Masa Depan” pada Kamis, 26 September 2025, di Aula Maftuchah Yusuf, Kampus A UNJ, Rawamangun.

Kegiatan ini dirangkaikan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara UNJ, Dewan Jamu Indonesia, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia. Penandatanganan dilakukan oleh Ketua Umum Dewan Jamu Indonesia, Mayor Jenderal TNI (Purn.) Prof. Daniel Tjen, dan Kepala BPOM RI, Prof. Taruna Ikrar, sebagai bentuk komitmen bersama dalam pengembangan jamu sebagai warisan budaya sekaligus produk kesehatan berbasis ilmiah.

Dalam laporannya, Vina Rizkawati, dosen Prodi Biologi FMIPA UNJ sekaligus penanggung jawab kegiatan, menyampaikan bahwa seminar ini menjadi wadah integrasi riset dan inovasi di bidang jamu. Ia menekankan pentingnya membangun jejaring kolaborasi antara peneliti, pelaku UMKM, dan mendorong hilirisasi produk jamu.

Kekayaan Biodiversitas Indonesia

Dalam sambutannya, Prof. Daniel Tjen menekankan bahwa Indonesia memiliki kekayaan luar biasa dalam hal tanaman obat, termasuk potensi bioprospeksi dari laut yang belum tergali optimal.

“Dari sekitar 40.000 jenis tanaman obat di dunia, sekitar 30.000 jenis terdapat di Indonesia,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa jamu tidak hanya dikembangkan sebagai produk kesehatan, tetapi juga sebagai bagian dari ilmu pengetahuan yang mapan. Prof. Daniel mengingatkan bahwa pada 6 Desember 2023, jamu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.

“Jamu bukan sekadar konsumsi kesehatan, tetapi juga narasi sosial yang mencerminkan kesetaraan gender dan peran perempuan sebagai garda utama,” jelasnya, seraya menekankan pentingnya pelestarian jamu dalam konteks etno-ekologis di tengah krisis lingkungan.

Dukungan BPOM dan UNJ

Senada dengan itu, Prof. Taruna Ikrar menegaskan bahwa Indonesia memiliki biodiversitas sangat kaya dengan 18.000 jenis obat asli Indonesia yang dikenal sebagai jamu.

“Setiap daerah di Indonesia memiliki jamu khas yang mencerminkan kekayaan budaya dan alam kita,” ujarnya.

Namun, ia juga menyoroti bahwa baru sebagian kecil yang benar-benar menjadi produk konsumsi masyarakat. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kolaborasi strategis antara BPOM, Dewan Jamu Indonesia, dan UNJ.

Dari pihak universitas, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Bisnis UNJ, Andy Hadiyanto, menilai jamu sebagai manifestasi budaya dalam kehidupan manusia. “Yang lebih penting, jamu harus menjadi objek kajian ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat modern, memperkaya ilmu pengetahuan, dan memperkuat kemitraan strategis antara perguruan tinggi, pemerintah, dan dunia usaha,” jelasnya.

Sementara itu, Dekan FMIPA UNJ, Hadi Nasbey, berharap UNJ dapat menjadi pionir riset jamu. “Mungkin dalam 10 tahun ke depan akan terjadi pergeseran paradigma kesehatan menuju pemanfaatan jamu,” katanya.

Prof. Dalia Sukmawati Terpilih Pimpin Dewan Jamu Indonesia Provinsi DKI Jakarta

Dalam rangkaian acara, juga digelar Kongres Pembentukan Dewan Jamu Indonesia (DJI) Provinsi DKI Jakarta di Ruang Sidang Gedung Hasyim Asj’arie, Kampus A UNJ.

Guru Besar Prodi Biologi FMIPA UNJ sekaligus Wakil Dekan Bidang 3, Prof. Dalia Sukmawati, resmi terpilih sebagai Ketua DJI Provinsi DKI Jakarta periode 2025–2028. Adapun Dr. dr. Eka Poedjihartanto, Dokter Kepresidenan, terpilih sebagai Wakil Ketua untuk periode yang sama.

Terpilihnya Prof. Dalia menegaskan posisi strategis UNJ dalam mengembangkan ilmu pengetahuan berbasis biodiversitas dan kearifan lokal, khususnya dalam pemanfaatan tanaman obat dan jamu. Sebagai peneliti biologi, ia memiliki rekam jejak panjang dalam riset mikrobiologi dan kesehatan, termasuk pengembangan probiotik.

“Jamu bukan sekadar ramuan tradisional, melainkan warisan budaya, identitas bangsa, serta sumber daya pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan kesehatan modern,” ujar Prof. Dalia.

Apresiasi dan Harapan ke Depan

Ketua Umum Dewan Jamu Indonesia, Prof. Daniel Tjen, menyebut terpilihnya Prof. Dalia dan Dr. Eka sebagai momentum penting. “Selamat menjalankan amanah untuk memajukan jamu di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta,” ungkapnya.

Rektor UNJ, Prof. Komarudin, turut memberikan apresiasi. “Kepercayaan ini merupakan bentuk pengakuan atas dedikasi Prof. Dalia sebagai akademisi dan peneliti yang konsisten mengembangkan riset berbasis mikrobiologi. Prestasi ini juga menegaskan kontribusi nyata UNJ dalam mendukung ketahanan nasional melalui pengembangan ilmu pengetahuan yang berpihak pada budaya dan kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Melalui kolaborasi kepemimpinan Prof. Dr. Dalia Sukmawati, M.Si. dan Dr. dr. Eka Poedjihartanto, Dewan Jamu Indonesia Provinsi DKI Jakarta diharapkan dapat menjadi motor penggerak revitalisasi jamu sebagai warisan budaya bangsa sekaligus pilar industri sosial-kerakyatan yang berdaya saing di tingkat nasional maupun global.