Fakultas MIPA UNJ Gelar Seminar dalam kegiatan Visiting Lecture Bersama Prof. Ricky M. Magno Dari Filipina

Jakarta, FMIPA UNJ – Pendidikan Biologi S1 dan Pendidikan Biologi S2  FMIPA UNJ menggelar Visiting Lecture pada Rabu, 5 Maret 2025, Kegiatan ini dilakukan di Ruang Sidang GHA Lantai 6. Acara ini mengangkat tema “Enhancing Science Education: Strategies for Improving Science Process Skills and Critical Thinking”, yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains di kalangan mahasiswa. Acara ini dihadiri oleh Dekan FMIPA UNJ Dr Hadi Nasbey M.Si dan Wakil dekan III bidang riset, teknologi, informasi dan kerjasama Dr Dalia Sukmawati M.Si. Kegiatan diawali dengan pembukaan yang disampaikan oleh Dekan FMIPA UNJ, kegiatan visiting lecture merupakan kegiatan yang memberikan nilai positif bagi dosen dan mahasiswa. Dari kegiatan ini diharapkan  pemahaman dosen dan mahasiswa terutama startegi peningkatan kritikal thinking merupakan upaya persiapan di dunia kerja serta menjalin jejaring kerjasama.

Acara ini menghadirkan Prof. Ricky M. Magno, LPT, Ph.D sebagai pembicara utama dalam seminar, dengan Prof. Dr. Diana Vivanti Sigit, M.Si sebagai moderator dan lebih dari 100 participant dari dosen FMIPA UNJ dan mahasiswa Pendidikan Biologi turut hadir dalam acara ini.

Dalam pemaparannya, Prof. Ricky M. Magno mehighlight pentingnya peningkatan keterampilan proses sains dan berpikir kritis dalam pendidikan sains. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia dan Filipina masih memiliki indeks berpikir kritis yang rendah, yang kemungkinan disebabkan oleh hambatan bahasa dan perubahan kurikulum yang sering terjadi.

Prof. Magno menjelaskan bahwa terdapat empat komponen utama dalam pengembangan kurikulum sains, yaitu:

  1. Tujuan Kurikulum – menentukan capaian pembelajaran yang ingin diraih.
  2. Konten Pembelajaran – berisi materi yang diajarkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
  3. Pendekatan Pengajaran – strategi yang diterapkan untuk meningkatkan pemahaman siswa.
  4. Asesmen – evaluasi terhadap pencapaian belajar siswa.

Prof. Ricky M. Magno juga menekankan pentingnya menciptakan individu yang tidak hanya memiliki pemahaman sains tetapi juga mampu menjadi pemecah masalah kritis, penjaga lingkungan yang bertanggung jawab, warga yang inovatif dan kreatif, pembuat keputusan yang terinformasi, serta komunikator yang efektif.

Salah satu aspek penting yang dibahas dalam sesi ini adalah kurikulum K-12, yang telah diterapkan di berbagai negara, termasuk Filipina. Kurikulum ini mencakup pendidikan dasar hingga menengah, yaitu dari Kindergarten (TK) hingga kelas 12 (SMA/sederajat).

Prof. Magno menjelaskan bahwa kurikulum K-12 dirancang untuk meningkatkan pembelajaran berbasis kompetensi, pendekatan inkuiri, serta integrasi teknologi dalam pendidikan. Kurikulum ini bertujuan untuk membentuk lulusan yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan mampu menerapkan konsep sains dalam kehidupan nyata.

Kurikulum K-12 menekankan pembelajaran berbasis pengalaman dan penerapan model seperti Inquiry-Based Learning, Problem-Based Learning, serta pendekatan kontekstual yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu menciptakan atmosfer kelas yang kondusif dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar sains.

Lebih lanjut mengetahui pada Inquiry-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengeksplorasi dunia alami dan membangun pemahaman berdasarkan bukti yang dikumpulkan. Prof. Magno menjelaskan bahwa inkuiri memiliki lima karakteristik utama:

  1. Siswa memulai dengan pertanyaan ilmiah.
  2. Siswa mengumpulkan bukti untuk menjawab pertanyaan tersebut.
  3. Siswa menyusun penjelasan berdasarkan bukti yang diperoleh.
  4. Siswa mengevaluasi penjelasan mereka berdasarkan pengetahuan ilmiah.
  5. Siswa mengkomunikasikan dan mempertahankan hasil temuan mereka.

Konsep ini sejalan dengan teori constructivism, yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman dan pemahaman sebelumnya. Ia juga mengutip beberapa tokoh pendidikan seperti John Dewey, Lev Vygotsky, dan David Ausubel, yang menekankan bahwa pembelajaran harus berbasis pengalaman nyata.

Dalam sesi seminar, Prof. Magno juga menampilkan diagram Thematic Analysis Map on the CBP Learning (Magno, 2016), yang menjelaskan dampak dari pembelajaran CBP (Context-Based Pedagogy) dari berbagai perspektif:

Dari Perspektif Kepala Sekolah: Efek dari CBP Learning mencakup penguasaan materi, strategi mengajar, motivasi untuk mengajar dengan baik, serta peningkatan kepercayaan diri guru. Dampaknya meliputi pemahaman tentang peran dalam kurikulum K-12, atmosfer kelas yang kondusif, serta pertumbuhan profesional guru sains.

Dari Perspektif Peserta: CBP Learning menekankan pentingnya aktivitas dalam kurikulum K-12 yang mendukung pembelajaran berbasis pengalaman, serta bagaimana pembelajaran harus relevan dan bermanfaat. Hal ini menghasilkan lulusan yang lebih efisien, berpengetahuan luas, kompeten, dan percaya diri.

Setelah sesi pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendalami konsep-konsep yang telah disampaikan. Moderator kemudian menutup sesi materi dengan menyerahkan sertifikat kepada Prof. Magno sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya dalam kegiatan ini.

Kegiatan Visiting Lecture ini ditutup oleh MC dengan doa bersama, menandai akhir dari diskusi yang penuh wawasan. Dengan adanya seminar, diharapkan para participant dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih efektif dalam bidang pendidikan sains di masa depan.